KALTIM KEMBANGKAN ZONA EKONOMI HIJAU SAWIT
Menurut penuturan Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim Ujang Rachmad, pihaknya untuk saat ini tidak akan menambah izin baru untuk sektor perkebunan kelapa sawit. Lanatarn teah ditetapkan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). “Ibaratnya, dari 100 orang, ada lahan 100 hektare, dan sudah diberikan ke tiap pemegang izin tersebut masing-masing satu hektare. Jadi, tidak mungkin bisa ditambah lagi,” jelasnya.
Dengan ketatnya perizinan mendorong pelaku usaha perkebunan kelapa sawit berupaya meningkatkan produksi, dibandingkan menambah luas lahan. Namun, tutur Ujang, untuk tetap mempertahankan sektor ini menjadi unggulan, setidaknya dalam kurun 5 tahun ke depan, pihaknya bakal mengembangkan Palm Oil Green Economic Zone (POGEZ).
POGEZ ialah program yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan. Rencananya program ini akan dikembangkan di Kaltim dalam waktu dekat. Salah satu daerah yang diincar ialah Berau.
Sayangnya, Pemprov Kaltim masih tarik-ulur untuk menentukan lokasi pengembangan program ini. Disbun Kaltim berpendapat program tersebut cocok dikembangkan di Maloy, Kutai Timur karena memiliki fasilitas yang jauh lebih mendukung. Salah satu pertimbangannya adalah adanya Pelabuhan Maloy yang memang diperuntukan untuk kelapa sawit.
Melihat hal ini, Kepala Disbun Berau Sumaryono mengaku mendukung saja keputusan yang nantinya dilakukan oleh pemerintah pusat maupun Pemprov Kaltim. Sebagai pejabat di daerah tingkat II, ia hanya mampu menunggu dan mempelajari program POGEZ. ”Tapi bagus saja jika arahnya untuk keberlangsungan industri kelapa sawit itu sendiri. Karena yang terpenting saat ini adalah terus bertahan di tengah lesunya ekonomi global, lalu terus mengembangkannya jadi lebih baik,” ujar Sumaryono beberapa waktu lalu seperti diansir Procal.co.
Untuk bisa mendorong industri ini menjadi lebih baik ialah membuat sistem yang mampu mempertahankannya dalam jangka waktu lama. Menurut beberapa pihak, di Berau sudah siap jika program POGEZ mulai dijalankan. Kepala Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Berau Fitrial Noor mengatakan sangat mendukung pendirian pusat industri kelapa sawit dalam skema POGEZ di kawasan industri Berau yang memiliki lahan seluas 3.400 hektare.
“Hal ini sangat sah-sah saja, apabila kita melihat harga jual minyak kelapa sawit yang selama ini cenderung stabil. Namun, yang terpenting dalam pendirian pusat industri ini adalah keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat Berau,” ujarnya.
Selain itu, diajukannya Berau sebagai pusat industri hilir kelapa sawit dijelaskannya karena infrastruktur seperti pelabuhan, ketersedian air dan listrik di Bumi Batiwakkal –sebutan Kabupaten Berau cukup memadai.
Lebih lanjut, Fitrial berharap skema POGEZ yang merupakan hasil dari kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia dalam pembentukan Dewan Negara Produsen Minyak Kelapa Sawit benar-benar bisa bermanfaat dalam hal pengembangan kelapa sawit agar bisa menghasilkan ragam produk hilir. “Ada sekitar 146 jenis produk yang bisa dihasilkan oleh pusat industri kelapa sawit ini. Hal ini tentunya akan berdampak pada investasi yang besar di sektor ini,” tuturnya.(T2
)
)
Komentar
Posting Komentar