KEUNTUNGAN CPO INDONESIA BELUM MAKSIMAL
Pelaku usaha industri kelapa sawit dan pemerintah didorong memaksimalkan kenaikan harga crude palm oil (CPO). Mengingat saat ini permintaan minyak nabati dunia masih cukup besar. Wakil Ketua Bidang Investasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim Alexander Sumarno mengatakan, permintaan CPO dunia punya potensi bagus. Sayangnya, Indonesia saat ini masih ditentukan melalui bursa perdagangan CPO di Malaysia. Keuntungan maupun fluktuasi harga masih banyak diserap dan ditentukan negeri jiran. “Meskipun harga naik, tapi keuntungan bagi Indonesia belum maksimal,” kata Alexander Sumarno dikutip Kaltim Post, belum lama ini.
Namun, kata dia, kenaikan harga saat ini sudah patut disyukuri. Dampaknya sangat dirasakan pelbagai sektor. Mulai pabrik CPO, petani, perkebunan hingga sektor turunan lainnya yang turut berkecimpung dan berinteraksi dengan industri kelapa sawit. Pundi-pundi penghasilan bakal terus bertambah. Meski perlu waktu lama setelah menunggu 4–6 tahun. Sejak pengurusan izin, pembukaan lahan, hingga penanaman dan panen kelapa sawit. “Harga jual naik, dampak ke masyarakat bagus. Penerimaan pajak bagi kas negara dari pengusaha juga naik,” ujar dia.
Dia meminta penerimaan pajak yang naik bisa sejalan dengan dukungan pemerintah dalam pengembangan di sektor perkebunan maupun industri kelapa sawit. Seperti memastikan akses penghubung antar-area perkebunan diperbaiki. Begitu pula dengan pelabuhan ekspor CPO.
Bahkan, pria yang akrab disapa Alex itu mengusulkan dengan potensi kelapa sawit Indonesia yang, yakni peringkat pertama penghasil CPO dunia, pemerintah bisa mengupayakan pusat perdagangan di dalam negeri. Artinya tidak lagi bergantung dengan bursa perdagangan di Malaysia.
Pelaku usaha industri kelapa sawit dan pemerintah didorong memaksimalkan kenaikan harga crude palm oil (CPO). Mengingat saat ini permintaan minyak nabati dunia masih cukup besar. Wakil Ketua Bidang Investasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim Alexander Sumarno mengatakan, permintaan CPO dunia punya potensi bagus. Sayangnya, Indonesia saat ini masih ditentukan melalui bursa perdagangan CPO di Malaysia. Keuntungan maupun fluktuasi harga masih banyak diserap dan ditentukan negeri jiran. “Meskipun harga naik, tapi keuntungan bagi Indonesia belum maksimal,” kata Alexander Sumarno dikutip Kaltim Post, belum lama ini.
Namun, kata dia, kenaikan harga saat ini sudah patut disyukuri. Dampaknya sangat dirasakan pelbagai sektor. Mulai pabrik CPO, petani, perkebunan hingga sektor turunan lainnya yang turut berkecimpung dan berinteraksi dengan industri kelapa sawit. Pundi-pundi penghasilan bakal terus bertambah. Meski perlu waktu lama setelah menunggu 4–6 tahun. Sejak pengurusan izin, pembukaan lahan, hingga penanaman dan panen kelapa sawit. “Harga jual naik, dampak ke masyarakat bagus. Penerimaan pajak bagi kas negara dari pengusaha juga naik,” ujar dia.
Dia meminta penerimaan pajak yang naik bisa sejalan dengan dukungan pemerintah dalam pengembangan di sektor perkebunan maupun industri kelapa sawit. Seperti memastikan akses penghubung antar-area perkebunan diperbaiki. Begitu pula dengan pelabuhan ekspor CPO.
Bahkan, pria yang akrab disapa Alex itu mengusulkan dengan potensi kelapa sawit Indonesia yang, yakni peringkat pertama penghasil CPO dunia, pemerintah bisa mengupayakan pusat perdagangan di dalam negeri. Artinya tidak lagi bergantung dengan bursa perdagangan di Malaysia.
Komentar
Posting Komentar