Langsung ke konten utama

MEMBANGUN MANAJEMEN KEBUN SAWIT YANG BERKELANJUTAN DI INDONESIA


Indonesia adalah negara penghasil sawit terbesar di dunia sekaligus berpotensi menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh pembukaan lahan perkebunan sawit yang tak tepat. Banyak perusahaan perkebunan yang secara diam-diam melakukan deforestasi dan membuka lahan tanpa mengikuti standar yang telah ditetapkan. Hal ini menimbulkan keresahan di kalangan pecinta lingkungan serta menganggu keseimbangan ekosistem yang ada di alam.
Target Indonesia untuk meningkatkan produksi kelapa sawit memang meningkat setiap tahunnya. Tingginya permintaan pasar dunia akan crude palm oil memicu bertambahnya lahan guna meningkatkan produksi buah. Indonesia menetapkan target nasional yaitu 25 juta ton Minyak Kelapa Sawit (MKS) pada tahun 2012 menjadi 40 juta ton pada tahun 2020. Mengejar angka yang tidak sedikit ini, banyak perusahaan perkebunan terus didorong untuk terus meningkatkan produksi. Pencapaian target ini sendiri dapat dilakukan dengan menerapkan praktik pengelolaan yang ramah lingkungan dan menghindari ekspansi yang dapat menyebabkan deforestasi.
Program sawit berkelanjutan yang dicanangkan oleh pemerintah bekerjasama dengan lembaga pemerhati lingkungan mendukung produksi untuk mencapai target tanpa merugikan pihak manapun. Jenis tanaman palem ini tergolong tanaman tahunan yang akan bertahan hingga 25 tahun ke depan. Jika pengelolaannya salah maka kerugian yang ditimbulkan bukan hanya dari sisi produksi tapi juga dari ekosistem lingkungan. Maraknya pembakaran lahan yang terjadi akhir-akhir ini cukup meresahkan karena dampak kabut asap yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan hilangnya populasi yang dilindungi yaitu orang utan.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk terus mendukung program ini. Beberapa pemerhati lingkungan mendorong petani mandiri untuk meningkatkan produksi tanpa merusak hutan apalagi yang masuk ke dalam areal konservasi. Kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan perlu dibangun dari bagian terkecil dalam perkebunan. Contohnya bisa dimulai dari perkebunan rakyat dengan memberi pembekalan kepada para petani mandiri. Para petani mandiri ini dapat dibekali dengan berbagai fasilitas untuk meningkatkan kapasitas teknik dan manajemen pengelolaan perkebunan yang bertanggung jawab dengan menerapkan standar ramah lingkungan di daerah mereka.
Inisiatif untuk mendukung konservasi hutan menuntut kesadaran dari banyak pihak. Tidak hanya dari pemerintah, tapi dari pemangku usaha serta orang-orang yang terlibat dalam industri agribisnis ini. Tanggung jawab terhadap pengelolaan lahan dengan menerapkan kebijakan konservasi High Carbon Stock (HCS) adalah salah satu dari berbagai cara yang telah diterapkan oleh beberapa perusahaan perkebunan dengan mengidentifikasi area hutan yang harus dikonservasi dengan memperhatikan cadangan karbon yang tersedia.
Praktik pembukaan lahan yang bertanggung jawab dapat menyelamatkan Indonesia dari deforestasi serta mendukung langkah pemerintah untuk program sawit berkelanjutan juga menekan emisi gas rumah kaca yang mungkin ditimbulkan akibat praktik yang salah. Program perkebunan sawit yang berkelanjutan adalah satu-satunya jalan terbaik untuk mengelola kebun dan meningkatkan produktivitas sawit dan beralih dari kebijakan nol deforestasi. Semoga benar-benar dapat direalisasikan ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rendemen Minyak Kelapa Sawit yang dihasilkan oleh Pabrik Sawit

RENDEMEN (OER=Oil Extraction Rate) Tanggung Jawab Siapa? Estate atau Pabrik?

Kamus kamus di Perkebunan Kelapa Sawit