SUMATERA MILIKI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERBESAR DI INDONESIA


img
Pulau Sumatera memiliki luas lahan Perkebunan Rakyat (PR) terbesar dibandingkan pulau lainnya. Luas lahan perkebunan kelapa sawit milik rakyat ini, mencapai 3.526.582 hektar. Selanjutnya perkebunan kelapa sawit di pulau Kalimantan seluas 837.615 hektar, pulau Sulawesi dengan luas lahan 175.059 hektar, pulau Maluku dan Papua dengan luas 28.367 hektar, serta pulau Jawa seluas 7.478 hektar, juga dimiliki rakyat.
Perkebunan Besar Negara (PBN) yang bermula dari jaman penjajahan di pulau Sumatera, sayangnya kurang mengalami pertumbuhan berarti. Dengan luasan lahan perkebunan 555.203 hektar, PBN seringkali mengalami dilema besar sebagai perusahaan milik negara. Keberadaannya, seringkali mengalami distorsi secara politik dan tekanan dari masyarakat yang bermukim di sekitar perkebunannya.
Keberadaan Perkebunan Besar Swasta (PBS) juga mengalami pertumbuhan sepesat perkebunan milik rakyat. Dengan luasan lahan perkebunan mencapai 3.057.275 hektar, maka perkebunan kelapa sawit milik swasta ini, juga sangat berpengaruh terhadap pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sudah lebih dari 100 tahun berkembang di pulau Sumatera.
Sumatera juga dikenal luas akan keberadaan perusahaan-perusahaan tua perkebunan yang sudah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda. Sebut saja PP London Sumatra, yang sudah diakusisi grup Salim baru-baru ini. Wajar, bila keberadaan perkebunan kelapa sawit memiliki andil besar terhadap pembangunan daerah, seperti penyediaan lapangan kerja, peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat luas.
Berdasarkan data dari Perusahaan Perkebunan (PP) London Sumatra yang memiliki kode emiten LSIP baru-baru ini, perusahaan memiliki lahan seluas 114.206 hektar, dimana sebesar 82% ditanami kelapa sawit, 15% pohon karet dan sisanya 3% untuk tanaman lainnya. Emiten LSIP ini, juga melaporkan pertumbuhan lahan produktif yang menghasilkan seluas 3.128 hektar, sehingga memperkuat basis lahan menguntungkan yang mampu menghasilkan CPO hingga meluas sebesar 81.769 hektar.
Pulau Sumatera juga turut melahirkan perusahaan perkebunan yang dimiliki pengusaha nasional, sebut saja Salim, Eka Tjipta, Sukanto Tanoto hingga Martua Sitorus yang memiliki perkebunan kelapa sawit besar didalam grup perusahaannya hingga dewasa ini.
Berawal dari tuntutan konsumen global yang menginginkan ketersediaan minyak sawit untuk menyuplai kebutuhan pasar dunia. Kini, Indonesia menjadi sebuah negara kepulauan yang mampu terintegrasi menjadi satu melalui perkebunan kelapa sawit nasional. Keberadaan perkebunan kelapa sawit yang hampir selalu berada di pulau-pulau besarnya menjadi salah satu daya perekatnya.
Kendati Pulau Nusa Tenggara & Bali tidak memiliki perkebunan kelapa sawit, namun konsumsi minyak sawit dari  masyarakat yang berada didalamnya, pula menjadi daya perekatnya. Sejatinya, masyarakat Indonesia mendapatkan keuntungan besar dari ketersediaan pasokan minyak sawit yang melimpah di dalam negeri.
Pulau Kalimantan, Sulawesi dan Papua, memiliki daya tarik tersendiri akan luasnya lahan daratan yang masih dimilikinya. Jika pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dilakukan di pulau-pulau tersebut. Maka keberadaan perkebunan kelapa sawit sangat mungkin berkembang pesat dan memajukan masyarakatnya.
Potensi hasil produksi CPO sangat besar, bila digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk-produk minyak makanan dan non makanan yang berkualitas tinggi. Produk yang sudah dikenal masyarakat luas ini, juga  menyehatkan dan ramah lingkungan, sehingga aman untuk dikonsumsi. (T1)
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rendemen Minyak Kelapa Sawit yang dihasilkan oleh Pabrik Sawit

Kamus kamus di Perkebunan Kelapa Sawit

RENDEMEN (OER=Oil Extraction Rate) Tanggung Jawab Siapa? Estate atau Pabrik?